Label

Selasa, Maret 27, 2012

Mengenalkan topik Sex pada Nada ala Fitria Heny

Assalamualaikum Wr Wb
Minggu kemarin, hari sangat cerah, matahari bersinar menyinari kota Newcastle dan angin pun kompromi dengan sepoi-sepoi. Duduk di bangku sebuah taman dengan suasana sejuk, suasana ramai penuh aktifitas membuat ide untuk menulis tentang topik ini mengalir dengan lancarnya. Berbekal Laptop dan snack ringan seperti risoles, pizza dan melon serta teh botol kotak terakhir, Inilah hasil duduk mengetik tersebut. Selamat membaca, semoga ada manfaat yang bisa di ambil oleh sahabat semua.
Salah satu meja di Nunsmoor Park


Tahapan Pendidikan Seksual Pada Anak Perempuan

Pendidikan seksual pada anak terutama anak usia dini sampai saaat ini masih menjadi kontroversi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sebagai orang tua yang mempunyai dua anak dengan jenis kelamin berbeda, Aku termasuk ke dalam kelompok orang tua yang setuju dengan pengenalan dan pendidikan seksual secara dini pada anak. Jangan curiga  dan protes dulu, aku bukan penganut paham liberal, bukan pula pelaku dan pendukung free seks. 



Aku hanyalah seorang ibu yang berusaha memberikan yang terbaik kepada kedua anakku. Pada tulisan ini, Aku akan menceritakan bagaimana Aku memberikan pendidikan seksual pada anak perempuanku, Nada yang saat ini sudah mendekati usia 9 tahun.
Pengertian seks dalam medis adalah jenis kelamin, jadi seks itu adalah laki-laki dan perempuan. Berdasarkan definisi seks di atas lah aku berani mengatakan dan mengklaim diri ini sebagai pendukung dari pendidikan seksual secara dini. Supaya tidak membuat penasaran para sahabat sekalian, baiklah akan aku jelaskan apa-apa saja yang sudah aku lakukan terhadap Nada, anak perempuanku, dalam pendidikan seksual ini.
Pendidikan Seksual pada anak perempuanku di rumah kubagi dalam beberapa tahapan sebagai berikut:

1.      Usia 0-1 tahun
Pada usia ini aku mulai mengenalkan pendidikan seksual itu dengan proses pembiasaan cara berpakaian. Nada selalu kukenakan celana panjang walaupun dia memakai baju bayi yang lengan pendek dan rok, atau dress bayi yang modelnya lucu-lucu. Selalu ada celana panjang yang menutupi paha dan kakinya. Jilbab mungil cantik juga selalu menutupi kepalanya jika ikut aku bepergian keluar rumah. Hal ini bukanlah hal yang mudah diterima masyarakat sekitar pada waktu itu. Bertempat tinggal di Kota Padang Sumatera Barat yang temperatur udaranya rata-rata di atas 30 derajat Celcius membuat banyak orang berkomentar yang tidak enak didengar , seperti: “Aduuh kasihan bayinya kepanasan dipakaikan jilbab”, ”Apa tidak rewel bayinya di tutup begitu kepalanya?” atau bahkan yang lebih tidak enak adalah ketika diri ini dicap terlalu fanatik dengan agama. Aku hanya menjawab singkat bahwa Nada sudah terbiasa dengan jilbab dan celana panjangnya sehingga dia tidak rewel karena kepanasan. Bukankah suatu hal yang baik itu perlu pembiasaan? Sesuatu yang sudah terbiasa dilakukan sejak kecil akan mudah dilaksanakan saat dewasa kelak.

Pada usia ini, Nada juga sudah kupasangkan anting. Sudah menjadi tradisi pada suku Minangkabau, bahwa bayi perempuan itu dikhitan dan ditindik pada umur 7 hari atau sebelum umur 14 hari. Jadi pada saat diadakan proses aqiqah, maka sang anak perempuan sudah memakai anting. Islam sendiripun sudah mengenalkan seks sejak bayi dilahirkan yakni dengan membedakan jumlah kambing yang dipotong pada saat aqiqah anak. Jika mendapatkan anak perempuan, maka jumlah kambing yang dipotong adalah satu ekor sedangkan jika anak yang lahir adalah laki-laki, maka disunahkan memotong dua ekor kambing.

2.      Usia 1 – 3 Tahun
Pada usia ini merupakan saat yang sangat tepat untuk menanamkan aqidah dan membentuk karakter anak. Masa ini terkenal dengan nama ’Golden Age’. Nada sudah mulai bicara, berjalan dan berlari sendiri serta suka meniru dan suka bertanya tentang segala sesuatunya. Nada suka memakai jilbabku yang tentu saja menutupi seluruh tubuhnya. Suka meniru gayaku, Umminya. Proses pembiasaan sejak bayi tetap kulanjutkan dan kukuatkan dengan mengajaknya berdiskusi. Setiap selesai mandi biasanya Nada kusuruh untuk mengambil sendiri pakaian yang akan dikenakannya, biasanya dia akan mengambil sepasang (baju dan celana panjang), kalau pun dia lupa biasanya akan kuingatkan dengan menanyakan celana panjangnya ada dimana. Ketika bepergian keluar rumah, biasanya aku akan mengambil jilbab dan Nada pun ikut berlari mengambil jilbabnya. Tidaklah terlalu susah, karena dia sudah biasa memakai celana panjang dan keluar rumah dengan jilbab dan juga keseharian dia melihat umminya memakai jilbab juga. Jadi proses peniruan ini sejalan proses pembiasaan yang sudah berjalan. Membacakan buku menjelang tidur semakin kukencangkan dan ini menjadi sarana yang efektif untuk menjelaskan karakter di buku itu termasuk mengenalkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan, karakter tokoh perempuan di buku yang mengenakan rok atau gamis dan memakai jilbab, sedangkan anak lelaki yang mengenakan celana panjang dan koko. Menerangkan kalau dia adalah anak perempuan, Umminya perempuan dan Abinya adalah lelaki, karena memakai celana panjang, berkumis, jenggot dan berambut pendek. Kalau perempuan itu memakai rok, gamis, berambut lebih panjang dari lelaki dan memakai jilbab.Tidak mudah memang karena kadang dia bertanya, “Kok ada perempuan yang pakai celana panjang, berambut pendek dan tidak memakai jilbab?” Biasanya kujelaskan bahwa Allah menginginkan perempuan Islam untuk mengenakan kerudung supaya makin disayang Allah. Contoh yang paling jelas biasanya kuterangkan perbedaan lelaki dan perempuan dalam sholat, dimana lelaki berdiri di depan, perempuan di belakang, lelaki pakai kopiah dan perempuan memakai mukena, Nah contoh ini lebih bisa diterima oleh anak berumur 3 tahun.

3.      Usia 3-5 Tahun
Pengenalan jenis kelamin sampai ke tahap  perbedaan lelaki dan perempuan secara sederhana sudah selesai di tahap ini. Nada sudah tahu perbedaan antara anak lelaki dan perempuan. Masuk ke tahap berikutnya yakni mengenalkan batasan aurat anak dan siapa saja yang boleh melihat auratnya. Menjelang usia 5 tahun anak sudah bisa berpikir sederhana dan kritis dan sudah bisa diberikan pemahaman sederhana. Nada kukenalkan dengan batasan aurat perempuan itu pada proses  memandikannya. Sambil memandikan kujelaskan bagian mana saja yang termasuk auratnya, terutama mengenalkan  Miss V atau vagina. Terus terang aku tidak menggunakan istilah ini, aku mengenalkannya sebagai bagian aurat saja ke Nada. Aurat perempuan sesama perempuan atau mahrom itu dari atas sampai ke dengkul. Itulah sebabnya kenapa Nada pakai handuk harus dari atas sampai ke lutut, berbeda dengan Abinya yang memakai handuk dari pinggang sampai ke dengkul, karena dada lelaki tidak termasuk aurat. Tentu saja Nada kemudian akan bertanya “Apa itu mahrom?”, lalu kuterangkanlah secara singkat bahwa mahrom adalah orang yang boleh lihat aurat Nada dan dia tidak boleh menikah dengannya. Kemudian dia akan bertanya lagi apa itu menikah, dan selanjutnya. Semua kujawab dengan apa yang anak usia 5 tahun bisa mengerti. Sedari awal aku memang tidak memakai kata kiasan atau kata pengganti untuk hal tertentu, seperti mahrom, jilbab (bukan tutup kepala) dengan tujuan dia supaya familiar dengan kata tersebut dan kelak dia besar akan langsung mengerti dan tidak terjadi salah  tafsir. Saat itu juga kujelaskan bahwa tidak ada seorang pun yang boleh memegang auratnya, melihatnya, menyuruh buka baju kecuali hanya Ummi dan Abinya saja.  Jika ada yang melakukannya dia harus lapor ke Aku atau Abinya.

4.      Usia 5 – 7 Tahun
Ini saat yang tepat untuk lebih menjelaskan tentang seks dan masalah seputarannya. Fase ini anak-anak rasa ingin tahunya sangat tinggi dan menanyakan banyak hal.Pada saat ini Nada sudah lebih jeli dan bertanya kenapa aku tidak sholat, kenapa aku tidak mengaji dan tidak ikut berpuasa di bulan Ramadhan. Dalam rentang usia ini aku menjelaskan kepada Nada apa itu haid atau menstruasi, kenapa hanya perempuan saja yang mengalaminya, dan dari mana keluarnya darah tersebut. Aku menjelaskan mengenai proses ‘berdarah’ ini menggunakan bahasa lugas dan menghindarkan dari kiasan. Misal, ketika Nada menemukan pembalut di lemari kecil kamar, maka dia akan bertanya apa itu Ummi, dan akan aku jelaskan ini adalah pembalut yang dipakai saat ummi berdarah atau haid. Haid itu terjadi karena ada lapisan dari dinding rahim Ummi yang lepas setiap bulan dan selama masih ada darah, Aku tidak boleh sholat dan mengaji. Kemudian dia juga akan bertanya, kenapa hanya perempuan, dan apakah sakit?. Sambil tersenyum kujelaskan itulah istimewanya perempuan, hanya perempuan yang mengeluarkan darah setiap bulan dan hanya perepuan yang tidak boleh mengaji dan sholat tanpa takut dosa atau Allah marah. Kalau kita perempuan sudah keluar darah dari Miss V (usia ini aku sudah mengenalkan istilah vagina atau Miss V) tandanya kita sudah besar atau baligh dan tidak boleh lagi meninggalkan sholat, dan menampakkan aurat pada siapapun kecuali mahrom. Saat ini juga perempuan sudah bisa hamil dan punya anak . Jadi Nada harus ingat ini terus dan hati-hati terhadap lelaki. Haid ini kadang terasa sakit tapi tidak selamanya. Biasanya dia akan kelihatan cemas dan bilang tidak mau haid atau berdarah. Aku jelaskan kalau kita tidak haid maka perempuan tidak akan bisa hamil dan punya anak. Apa nada tidak mau punya anak? Tentu saja dia menjawab mau. Aku tersenyum sambil menjelaskan bahwa ini adalah suatu tanda bahwa perempuan sudah dewasa, sudah harus menutup aurat rapi dan menjaga diri lebih baik, dan kesakitan yang didapat selama haid serta melahirkan itu menjadi amal jihad seorang perempuan yang akan berbalas syurga. Pertanyaan ini biasanya tidak hanya sekali, di lain waktu dia akan bertanya lagi dan  akan kujawab lagi dengan menambahkan informasi lainnya sehingga pengetahuan dia akan proses menstruasi ini semakin lengkap.
Pada usia ini juga kupakai untuk menjelaskan bahwa  saat nanti usianya 7 tahun, dia sudah harus pisah kamar dengan kami dan pisah tempat tidur juga dengan adiknya yang berjenis kelamin lelaki. Termasuk dia juga tidak boleh lagi dimandikan atau menampakkan tubuhnya tanpa pakaian termasuk kepada Abi dan adik lelakinya. Untuk itu dia harus membawa handuk dan pakaian mandi ke kamar mandi dan mandi sendiri ataupun hanya boleh di mandikan oleh  umminya dan waktu mandi harus mengenakan celana dalam. Berganti pakaian harus di ruangan tertutup dan tidak boleh seorangpun masuk.
Tahapan usia ini juga kami jelaskan bahwa dia harus mengetuk pintu dan minta izin setiap mau masuk kamar orang tuanya. Hal ini kami lakukan karena islam memang mengajarkan umatnya untuk memisahkan tempat tidur anak lelaki dan perempuan di usia 7 tahun dan mengajarkan anak meminta izin masuk kamar orang tua terutama di tiga waktu yaitu sebelum shubuh, tengah hari dan setelah sholat isya.

5.      Usia 7-9 Tahun
Periode usia ini anak-anak sudah meningkat perhatiannya akan hal yang benar dan salah,sudah bisa membedakan antara imajinasi dan hal nyata tapi masih menikmati permainan imaginasi.  Tertarik dengan beragam aktivitas, mencari banyak hal baru dan tentu saja menikmati dunia maya atau berselancar di internet.
Menetap dan anak-anak bersekolah di Inggris tentunya menimbulkan kendala tersendiri  bagiku selaku orang tua. Setiap hari Nada terpapar dengan lingkungan sekitar yang sangat jauh dari ajaran Islam seperti orang-orang yang berpakaian mengumbar aurat, pasangan yang berpelukan dan berciuman di depan umum dan gerombolan remaja yang berceloteh dengan kata-kata kotor.
Aku harus mengganti posisi dari ibu yang banyak memberi informasi menjadi ibu sebagai kawan yang siap mendengarkan dan menjadi teman curhat. Karena Nada sudah mendekati usia 9 tahun, inilah saat mendebarkan bagiku, saat menunggu dan melepas anak perempuan kecilku menjadi seorang gadis baligh. Aku harus lebih sering berdiskusi tentang haid serta mengenalkan dan mengajarkan cara memakai pembalut.
Aku harus mempersiapkan mentalnya agar tidak takut untuk bercerita dengan umminya jika ada keluar darah. Aku harus memberi pemahaman padanya bahwa hal itu bukan karena dia berbuat suatu kesalahan atau karena dia anak tidak baik. Batasan aurat kembali dipertegas dan ditambah dengan pengenalan cara bergaul yag baik dengan lawan jenis.

Itulah yang aku lakukan kepada anak perempuanku dalam rangka memberikan pendidikan seksual padanya, bukan seks yang vulgar seperti menonton CD porno, atau memberikan kondom jika hendak berhubungan badan dengan lelaki supaya tidak hamil. Penjelasan mengenai seks itu harus sesuai dengan aturan dan tuntunan yang sudah diberikan oleh Allah dalam Al-Quran dan diajarkan oleh Rasululloh SAW.

Semoga Bermanfaat
Salam
Uniek94





Tidak ada komentar:

Posting Komentar