Label

Sabtu, Oktober 13, 2012

H-4 To Baitulloh

http://soulthinks.com/2011/10/13/kaaba/

Assalamualaykum Warohmatullohi Wabarokatuh

H-4 Keberangkatan ke Baitulloh. Menjadi Tamu Allah adalah keinginan dan kado yang saya minta dari suami di 10 tahun usia pernikahan kami beberapa bulan lalu dan Alhamdulillah Allah kabulkan saat ini.

Inilah kado terindah pernikahan sekaligus kado ulang tahun saya karena berita ini saya dapatkan menjelang bertambahnya bilangan usia dan berkurangnya jatah hidup di dunia yang fana ini.

Begitu rindunya saya ingin bertamu ke rumah Allah ini. Rindu ingin melihat ka’bah secara langsung bahkan menyentuhnya secara langsung. Rindu ingin merasakan pengalaman bunda Hajar berjuang hidup dengan sang anak. Rindu ingin merasakan ketenangan batin dan kenikmatan beribadah seperti cerita yang selalu saya dengar dari mereka yang baru pulang dari haji.
Mereka mengatakan, bahwa di sana kita tidak ingat akan dunia ini; tidak ingat dan tidak dipusingkan oleh pekerjaan, keluarga, istri, suami, anak, dan urusan keduniawian lainnya. Kita hanya fokus untuk beribadah pada Allah SWT.

 Iri sekali pada mereka yang bercerita dengan wajahsumringah, suka cita, dan selalu mengatakan jika ada kesempatan mereka ingin berkunjung kembali ke Baitullah.
Rasa Iri dan rindu begitu menggumpal dalam dada, sehingga saya azzam-kan dan berdo’a pada Allah bahwa saya ingin ke Mekkah sebelum usia saya 40 tahun. Saya ingin mengunjungi Baitullah pada usia yang masih muda, saat fisik masih kuat, dan otak belum terlalu tumpul untuk menghafal dan mencerna syarat serta rukun haji.

 Saya juga ingin melaksanakan haji bersama dengan suami dan tidak ingin menyimpan uang terlalu lama di bank untuk urusan ini karena satu dan lain hal. Intinya saya ingin berkunjung ke Baitullah secepatnya sebelum usia 40 tahun bersama suami, entah dari mana uangnya.
Kesempatan itu datang pada tahun 2008/2009 saat di buka pendaftaran TKHI (Tenaga Kerja Haji Indonesia). Alhamdulillah pada saat itu, tenaga medis yang bukan PNS atau tidak berdinas di RS pemerintah boleh mendaftar untuk seleksi.

Saya sampaikan keinginan ini pada suami, seperti biasa beliau tidak melarang tapi tidak juga antusias untuk mengiyakan. Suami bilang, katanya mau naik haji bersama? Tapi karena keinginan yang begitu besar untuk pergi, akhirnya saya pun merayu suami dan akhirnya formulirsudah dikirimkan. Ternyata memang Allah belum mentakdirkan. Saya dinyatakan tidak lulus seleksi.

Kesempatan datang di tahun selanjutnya, saya ingin kembali mendaftar sebagai TKHI, tapi kali ini RS tempat saya bekerja tidak memberikan izin dan akhirnya batal mendaftar. Rasanya sedih sekali! Saking kecewa dan sedih dua tahun berturut-turut batal pergi haji, saya nekat untuk pergi dengan biaya sendiri memakai semua tabungan yang ada.
Kembali, suami tidak mengizinkan, karena dana tidak cukup untuk pergi berdua, di tambah harus menunggu 2 atau 3 tahun sementara saya tidak mau menyetor uang haji di Bank dan kemudian dana itu tersimpan sekian tahun lamanya. Akhirnya rencana untuk berhaji belum terlaksana.

Rencana Allah lebih indah, sampailah pada kesempatan saya harus menemani suami sekolah ke luar negeri. Harapan itu muncul dan bersemi kembali. Berhaji dari Luar negeri kan tidak pakai antri? Bias langsung berangkat, pikirku.

Saat itu saya katakan kembali pada suami bahwa kita harus sudah pulang dari Mekkah sebelum pulang ke tanah air. Suami sih tenang dan senyum–senyum saja. Dia bilang, “Uang dari mana Mi? Untuk biaya hidup kita sekeluarga aja tidak cukup dari beasiswa?”

Kali ini saya tidak mau mengalah, saya ngotot dan memaksa suami. “Kita harus niatkan dulu Bi! Azzamkan bahwa kita akan berangkat haji dari Inggris sebelum kita kembali ke tanah air. Mengenai uang dari mana tidak usah kita pikirkan. InsyaAllah jika kita niatkan maka pintu reseki itu akan terbuka dari arah yang tidak terduga.” Jelasku panjang lebar.
Dalam hidup apalagi urusan ibadah tidak semuanya bisa memakai rumus matematika, ilmu ekonomi atau hitung-hitungan akuntasi manapun. Niatkan, Azzamkan dan Bismillah... Selanjutnya biar Allah yang mengatur.

Saat kaki ini menginjakkan langkah di Inggris, saya langsung mencari informasi tentang haji ini terutama berapa ongkos berangkat haji dari sini, saya pikir lebih murah karena jarak lebih dekat tapi... hasil pencarian informasi sungguh mengejutkan. Ongkos naik haji (ONH) dari sini bahkan lebih mahal dari ongkos ONH di tanah air.

Apakah ini menyurutkan niat saya? Tentu tidak! Justru saya lebih tertantang dan semakin yakin, InsyaAllah kami akan berangkat haji dari negara ini.

Setiap tahun keberangkatan jamaah haji, saya selalu bertanya ke suami. “Bi, kapan kita berangkat? Bisa tahun depankah?” Dan tentu saja jawabannya hanya berupa senyum manis penuh arti.

Tahun ke dua di Inggris, keinginan mengunjungi Baitullah semakin menggunung tapi suami masih belum menyanggupi karena dana belum cukup. Rasa sedih yang amat mendalam melanda ketika mendengar beberapa teman Indonesia berangkat haji tahun itu.
Rasa sedih ini sedikit terobati karena bisa titip doa pada mereka yang berangkat, minta supaya di doakan tahun besoknya kami bisa berangkat juga. Dan setidaknya merasa bisa bermanfaat juga karena bisa membantu menemani anak mereka yang berangkat haji itu.

Awal tahun 2012, saya sudah cerewet menanyakan sudah cukup belum uangnya? Jadikan kita berangkat haji tahun ini? Pertanyaan ini terus saya ucapkan dan saya ulangi nyaris tiap bulan walaupun jawabannya sama, belum cukup uang, ditambah beasiswa yang habis agustus tahun ini.

Dengan jawaban itu tentu saja saya tidak menyerah. Saya punya keyakinan penuh bahwa saya akan mengunjungi Baitullah tahun ini, entah dari mana uangnya dan bagaimana caranya.

Tidak terasa Ramadhan pun datang. Saya masih berharap dengan sangat untuk bisa berangkat haji dan melaksanakan Idul adha di sana. Berdo’a dan yakin bahwa Allah akan mendengarkan dan mengabulkan entah bagaimana caranya.

Secara logika, kemungkinan untuk berangkat haji juga belum bisa, karena perpanjangan beasiswa yang di harapkan belum ada juga kabar beritanya. Jawaban dari suami bahwa uang untuk berangkat haji sudah ada, tapi jika kita berangkat dan uang beasiswa tidak juga ada kabar maka bagaimana dengan studi beliau. Dari mana biaya hidup? Belum lagi masalah visa yang kurang bulan dari yang disyariatkan pemerintah UK.

Masa berlaku visa kami yang kurang dari 6 bulan setelah pulang haji membuat travel haji yang kami hubungi menolak dan mengatakan visa kami bermasalah. Terus mencari informasi tentang travel haji, kami pun mendapatkan travel yang menerima visa kami dan mengatakan akan mencoba.
Saya senang sekali walau travel ini berada di kota lain yang menggunakan transportasi kereta selama 2 jam dari kota di mana kami tinggal.

Hari-hari penantian dimulai. Pada saat yang lain sudah bisa mengatakan kapan akan berangkat, kami tidak bisa mengatakan hal yang sama. Kami hanya bisa bersabar menunggu berita akan kemungkinan visa kami diterima dan visa haji kami keluar. 
Tapi satu hal yang pasti, saya tidak merasa gelisah, saya merasa tenang dan yakin InsyaAllah visa haji ini akan keluar.

Hari-hari demi hari berlalu, penantian bertambah berat karena hari H sudah semakin dekat sementara kabar tentang visa belum juga jelas. Suami juga gelisah karena ini sudah masuk 2 bulan kami hidup tanpa ada beasiswa yang artinya memakai tabungan yang ada.

Logikanya, jika kami jadi berangkat maka sisa uang sangat minim dan hanya bisa untuk bertahan beberapa bulan saja. Seandainya tidak jadi pergi haji maka uangnya bisa di pakai bertahan hidup lebih lama lagi di sini.

Dari pihak keluarga juga ada yang menyarankan. “Tidak usahlah pergi haji dulu, lebih baik uangnya dipakai untuk bertahan hidup sampai suami bisa selesai. InsyaAllah untuk pergi haji kan bisa nanti saja dari tanah air jika ada rejeki.”

Saya tidak bergeming. Saya katakan pada suami, bahwa ini uang sekian ribu pounsterling ada karena kita meniatkan untuk pergi berhaji dan Allah bukakan pintu rejeki itu untuk berhaji. Jika kita batalkan pergi haji, percayalah uang ini akan habis begitu saja dan saya takut tidak berkah. Ini adalah ujian. Kita harus kuat. 

Niat kita untuk pergi Haji dan sekarang uangnya sudah ada, mengenai biaya hidup selanjutnya, kita pikirkan setelah pulang haji. Allah itu maha kaya, InsyaAllah akan ada pula jalan untuk itu.

Akhirnya kabar gembira itu kami terima dalam minggu ini. Visa haji kami keluar dan InsyaAllah kami akan berangkat dalam hitungan hari ke tanah suci. Senang, terharu, dan bersyukur atas segala kemudahan dalam segala keterbatasan dan kendala yang ada.

Masalah lain muncul. Pergi Haji dari Inggris sangat berbeda dengan tanah air. Travel haji tempat kami mendaftar ini tidak mengadakan yang namanya manasik haji (rata-rata di sini tidak ada manasik hajinya) dan kami juga dapat info, ternyata di sana juga kami tidak ada pembimbing.

Ibaratnya kami hanya di antar sampai lokasi, ada penginapan dan yang lainnya tapi pelaksanaan ibadah hajinya silahkan lakukan sendiri. PANIK! Innalillahi... Bekal ilmu masih sangat kurang. Waktu tinggal belasan hari. Apa yang harus kami lakukan? Mengeluh dan menyesal? Tidak! Kami tidak mengeluh atau menyesal dengan travel haji tersebut ,karena merekalah satu-satunya yang mau menerima dan mengurus visa haji kami dengan semua keterbatasan yang ada.

Dan bukankah pinta saya sama Allah juga supaya bisa berkunjung dan beribadah ke Baitulloh? Dalam keterbatasan ilmu dan waktu yang ada, saya kembali berdoa pada Allah, semoga kami diberikan kemudahan, kelapangan, dan keiklasan serta kekuatan dalam menjalankan ibadah haji ini dan segala amal ibadah di sana diterima oleh Allah SWT.

Ketika segala kesulitan dan ketidakmungkinan itu bisa terkalahkan, maka kendala yang satu ini tentu tidak akan mengalahkan saya. Tapi itu semua butuh bantuan doa dari orang-orang terdekat, sahabat, dan semua muslim yang mendoakannya. Untuk itulah saya melalui kado ini minta tolong di doakan agar selalu diberikan kemudahan oleh Allah Swt dalam segala hal.

Satu hal yang mengejutkan saya adalah, ketika seorang adik mengatakan terharu dan menangis ketika mendengar berita saya akan pergi naik haji dari Inggris ini. Adik ini mengatakan bahwa hampir seluruh keinginan saya terpenuhi. Saya sudah keliling eropa (dalam hal ini inggris) dan sekarang saya akan ke Mekah.

Awalnya saya tidak mengerti, lalu dia bilang bahwa dia baca semua itu di facebook saya. Akhirnya saya buka facebook saya dan klik ‘about’. Subhanalloh... ternyata di bagian about di facebook saya menuliskan keinginan saya dengan harapan banyak orang yang membaca dan mengaminkannya.

Sekarang saya menyadari, bahwa keluarnya visa haji kami dan proses keberangkatan haji kami ini bisa jadi karena do’a dan keinginan saya yang di aamiinkan oleh teman–teman di FB yang berjumlah 1000an lebih itu. Di sini saya membuktikan dan menyakini, bahwa hal yang mungkin kita menuliskannya dengan ringan atau tidak terlalu menganggap serius, bisa jadi itu adalah doa yang akan menggerakkan alam semesta untuk mewujudkannya.

Jadi saudaraku, jangan takut untuk bermimpi setinggi apapun, jangan takut menggantungkan harapan setinggi apapun apalagi menyangkut dengan ibadah kita. Jangan pernah menuliskan hal yang buruk di manapun termasuk di dunia maya, karena akan membuat orang lain tidak nyaman dan membuat alam semesta bekerja mewujudkannya. Karena bukankah Allah itu sebagaimana prasangka HambaNya?

Satu hal penting saya petik juga adalah, janganlah terlalu berpikir secara matematika dan logika dalam materi dan memandang masa depan. Yakinlah Allah itu maha kaya dan pintu rejeki itu ada banyak sekali.

Buatlah cita-cita dan harapan setinggi mungkin, bekerja dan berkaryalah. Tentu bekerja di jalan Allah dan menegakkan kalimat-NYA adalah sebaik-baik pekerjaan. Berdo’a dan serahkan selanjutnya pada Allah SWT. Jangan terlalu memikirkan dunia, karena dunia ini ibarat air laut yang jika di minum akan semakin menambah rasa haus dan dahaga.

Untuk semua saudaraku yang sudah berniat untuk menunaikan ibadah haji. Kuatkan kembali niat tersebut. Yakinkan diri, kuatkan Azzam dan bekerja serta berdo’alah. Jangan terpuntir oleh gemerlap dunia ataupun keraguan akan masa depan yang belum tentu kita akan menjalaninya.
Semoga Allah mudahkan urusan semuanya untuk bisa menunaikan ibadah haji dan urusan lainnya yang menjadi keinginan diri saya dan saudara seiman semua. Sungguh Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ( Asy-Syu’ara’ :220)

Oktober,07 Oktober 2012
Salam
Uniek94