Label

Jumat, Desember 03, 2010

Ncl.03 Des 2010


Beberapa hari yang lalu, Aku melihat tangan Syauqi ( yang berumur 6 tahun) kotor setelah dia menghabiskan packlunch nya sepulang sekolah,

Ummi :Dekkii, lap tangannya Nak!

Syauqi : Dia diam aja, dan tidak juga bergerak untuk mengambil tissue.

Ummi : Dekki, kok belum juga di lap tanggannya ? kan itu kotor? itu tissuenya udah ada di meja.

Syauqi : Dekki, ga mau lap tangan, Dekki ga mau pakai tissue Mi?

Ummi : kenapa? 

Syauqi : Tissue kan dibuat dari kayu kan MI? nanti hutannya abis dan  itu tidak baik.nanti bisa banjir kalau ga ada pohon di hutan lagi.

Ummi :kaget, diam sejenak.

Dekki, tissue memang dibuat dari kayu Nak, tapi tissue itu dibuat dari kayu yang sudah tak terpakai, bukan kayu bagus yang ditebang. Jadi tidak akan menghabiskan dan bikin gundul hutan dan tidak akan menyebabkan banjir. jadi ga apa , kalau Dekki mengelap tangan ama tissue, tapi jangan buang - buang tissue yah, karena kalau kita banyak buang - buang tissue, maka kayu akan semakin banyak terpakai, nah kalau kayu yang jelek nya udah abis, maka orang akan mengambil kayu yang bagus dan menebang hutan , nah itu yang bikin hutan rusak dan ga ada pohon lagi, dan nanti bisa jadi banjir.  

Aku tidak tahu, apakah jawaban yang Ku berikan benar atau tidak? apakah anak ku mengerti atau tidak? karena memang aku tidak menyangka dia akan bertanya dan menjawab seperti itu sehingga aku  pun tidak siap.
tapi satu hal yang terpikirkan olehku adalah, jawaban yang keluar dari mulut anakku yang berumur 6 tahun itu, menyiratkan banyak hal.

1. Proses analisa yang sistematis

Bagaimana dia bisa menjelaskan dengan baik alasan dia tidak mau mengelap tangannya dengan tissue.
tissue dibuatkan dari kayu, kayu berasal dari pohon, dan kalau pohon diambil terus untuk buat tissue, maka di hutan ga akan pohon lagi dan itu yang menyebabkan banjir.
ketika kutanya lebih lanjut darimana dia tahu, ternyata gurunya bercerita sehubungan dengan adanya banjir di pakistan belum lama ini.

2. Sadar dan penduli lingkungan sedari dini.
Anak-anak sudah diajarkan dan diajak berpikir dari hal-hal  yang keliatan kecil dan sepele, yaitu memakai tissue untuk mengelap tangannya.demikian juga dengan pemakain kertas/buku.

3. Betapa mahalnya momen diatas.
Betapa sudah banyaknya pertanyaan kecil tapi penuh makna yang kulewatkan.  Tak terbayangkan sudah berapa banyak pertanyaan maupun pernyataan yang keluar dari mulut anak anakku, tapi bukan kepada ummi dan abinya tapi kepada orang lain, dan tentunya dia akan mendapatkan jawaban atau tanggapan yang tidak memenuhi keingin tauannya , syukur syukur kalau tidak malah mematikan rasa ke ingin tauannya.

4. Berharap dan membayangkan, kapankah sistem pendidikan di tanah air, yang tidak hanya membekali anak dengan teori dan angka-angka, tidak hanya 'menyuapkan' tapi mengajarkan anak untuk kreatif, mengajarkan anak untuk berpikir, untuk menganalisa dan akhirnya bisa menyimpukan sendiri.
Dalam proses berpikir dan pembelajaran anak inilah yang memang bisa kulihat dan kurasakan sekali perbedaan sistem pendidikan di sini dengan di tanah air.

Semoga dengan adanya catatan kecil ini, ada teman teman yang bergulat di bidang pendidikan, maupun kita sebagai orang tua, bisa merubah paradigma berpikir kita tentang pendidikan anak anak kita.
Sehingga kelak, anak anak kita kan tumbuh menggantikan pemimpin generasi terdahulu mereka dan menjadikan mereka kelak para pemimpin bangsa, yang senantiasa berpikir sehat, kreatif, menganalisa sesuatu dengan baik serta sadar dan peduli dengan lingkungan sekitarnya.Bukan hanya mementingkan kepentingan dan keselamatan diri sendiri serta segelintir kecil orang saja.

Sebuah percakapan kecil nan sederhana dengan seorang anak berumur 6 tahun tapi membuatku tercenung dan berpikir jauh...
Terima Kasih ya Nak,

Salam

Uniek94 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar