Teman-teman semua, Apakah sih yang terlintas di pikiran kita jika mendengar kata sehat dan kesehatan? Kata sakit dan penyakit ? Yup..yang akan terbayang adalah orang yang secara fisik sehat, kuat , bisa beraktifitas, bisa bekerja dan orang sakit adalah orang yang sedang berbaring lemah di rumah atau di rumah sakit oleh karena suatu penyakit tertentu atau orang yang terbatasi aktivitas fisiknya baik ringan maupun berat.
Bagaimana pula dengan Kesehatan Mental atau Jiwa? Saya yakin deh, semua teman-teman di sini pernah mendengar kata ini. Apakah langsung terbayang ‘orang gila’?
Mungkin sebagian menjawab ‘iya’ dan sebagian lagi menjawab ‘tidak’. Hal ini bisa dipahami karena memang kata Kesehatan Jiwa sudah mengalami ‘Penyempitan Makna’.
Supaya lebih jelasnya,,yukk Kita luangkan sedikit waktu untuk membaca tulisan di bawah ini.
Semoga Bermanfaat.
25 Maret 2011
KESEHATAN MENTAL / JIWA
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan Mental didefinisikan sebagai : “ Seorang Individu menyadari dirinya dan kemampuan diri sendiri, dapat mengatasi tekanan yang normal dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan baik serta mampu memberikan kontribusi untuk masyarakat”.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam The World Health Report 2001 mengatakan,25 persen penduduk dunia pernah mengalami gangguan jiwa pada suatu episode kehidupannya dan sebanyak 40 persen diantaranya di diagnosis secara tidak tepat.
Untuk Indonesia angka Gangguan jiwa ini berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan ( Depkes ) 2001, terdapat 104 penderita per 1.000 penduduk untuk rentang usia di bawah 15 tahun, sedangkan di atas usia 15 tahun terdapat 140 penderita per 1.000 penduduk. Dan di UK sendiri setiap tahunnya lebih dari 250.000 orang terdaftar di psychiatric hospitals dan lebih dari 4.000 orang bunuh diri.
Ini adalah data yang didapatkan sekitar 11 tahun yang lalu, tentunya kita yakini bersama bahwa angka ini untuk tahun 2011 semakin bertambah. Seiring dengan banyaknya peristiwa seperti Krisis Ekonomi yang melanda dunia, global warming, konflik manusia, Tidak peduli apakah itu Negara maju atau Negara belum maju.
Di Indonesia kasus yang paling banyak menimpa adalah gangguan jiwa afektif, yaitu tipe gangguan jiwa yang ditandai dengan gangguan emosi yang mempengaruhi perilaku penderitanya. Tipe gangguan jiwa afektif ini ada dua macam, yaitu tipe manic dan tipe depresif. Kemudian ada juga yang dinamakan dengan anxiety ( Kecemasan).
Beberapa dokter ahli jiwa menjelaskan lebih lanjut tentang tipe gangguan jiwa ini.
Adalah Perasaan tidak menyenangkan, tidak menentu dan kabur tentang segala sesuatu yang akan terjadi yang ditandai dengan reaksi tubuh yang khas dan datang berulang, seperti rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepada, rasa ingin buang air besar maupun air kecil dengan disertai rasa ingin bergerak dan gelisah. Gejala Psikologis yang lain adalah: ketegangan, kekhawatiran, panic, perasaan tidak nyata, takut mati , takut gila, dan takut kehilangan control.( dokter Evalina Asnawi Hutagalung)
Adalah Perasaan sedih dan kehilangan minat terhadap segala sesuatu. Penderita depresi ini terlihat murung,tidak memiliki harapan, terbuang dan tidak berharga. Sebagian besar dari penderita depresi ini memikirkan untuk bunuh diri, tapi hanya sebagian kecil saja yang melakukannya.
Kehilangan atau kematian pasangan hidup atau seseorang yang sangat dicintai biasanya akan menderita penyakit fisik yang berat dan lama.
Gangguan ini banyak didapatkan pada orang dengan usia lanjut, pada usia pertengahan perempuan lebih banyak menderita depresi. Terutama pada masa menopause, dimana banyak perempuan menopause yang memikirkan untuk melakukan bunuh diri walaupun hanya sebagian kecil yang melakukannya
(dokter R Surya Widya)
Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe Depresi, di mana penderita cenderung berlebihan dan melampaui batas kemampuannya, sangat aktif, banyak bicara. Biasanya mereka minum alcohol yang berlebihan, judi yang berlebihan, menggunakan perhiasan dan rias wajah yang mencolok, bahkan ada yang membuka baju di tempat umum.
Berlebihan dalam masalah keagamaan, politik, keuangan serta melakukan adegan seksual yang berlebihan bahkan ada yang bermain dengan urine dan kotorannya sendiri (dokter R Surya Widya)
APA YANG BISA KITA LAKUKAN?
Penderita Gangguan mental ini butuh dukungan dari semua pihak dan membutuhkan berbagai macam terapi, termasuk konseling, psikoterapi , dan obat-obatan serta tindakan medic lainnya.
Dukungan keluarga (psikososial) sangatlah penting dalam hal ini, pendekatan aktif anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jangan membiarkan penderita sendirian atau di ejek, berikan keleluasaan padanya untuk menyalurkan hobi atau libatkan dalam pembicaraan yang menarik minatnya, kurangi dan hindari factor stress mereka .
Dan tak kalah pentingnya bagi seorang muslim yang menderita gangguan mental ini adalah untuk mendekatkan diri kembali kepada Allah SWT sebagai pemilik bumi, langit dan seisinya. Berikan motivasi dan Keyakinan bahwa semua ketakutan, kecemasan dan kehilangan itu hanyalah sebagian cobaan hidup, dan bahwa Allah SWT tidak pernah memberikan cobaan hidup kepada makhluknya di luar batas kemampuan Hambanya.
Sesuai dengan Firman Allah Swt dalam Al_Quran Surah Al_Baqarah 155-156.
“ Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah buahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar,”
“(yaitu) orang orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata ‘ innalillahi wa inna ilaihi rojiun’ (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali)”.
Sumber :
Al _ Quran.
Wassalamualaikum
Uniek94
Tidak ada komentar:
Posting Komentar